Images

Kamu, Hatiku, dan Kebencian*

Kamu. .
Aaarrrggghhhh.....sumpah aku benci,
aku benci hatiku girang pertama kali dapet telpon dari kamu, mengenali pengucapanmu pada setiap vocal dan konsonan, menunggu giliranmu tertawa, menebak-nebak apa yang akan kamu ucapkan, menerka reaksimu menimpali celetukanku. Semua itu membuat aku penasaran dan selalu begitu.
Aku benar-benar membencimu karena membuatku menunggu di hari-hari berikutnya di jam-jam kamu biasa nelpon, tapi tetap kaget ketika ringtone ponselku berbunyi, dan sangat excited mendapati namamu berkedip-kedip di sana. Aku benci selalu mengecek ke-eksisan kamu di dunia maya, lalu sangat kecewa ketika aku gak bisa nemuin nama kamu di daftar temen-temen yang lagi online. Aku benci harus berkali-kali mendelete huruf-huruf yang udah aku ketik buat balesin sms singkatmu demi terlihat bagus waktu dibaca sama kamu. Aku juga gak habis pikir kenapa kamu bisa membuatku melakukan hal-hal konyol yang gak penting tapi menjadi sangat penting buat aku dan aku seolah terperangkap di satu ruang, terkunci, tapi menikmati keterperangkapanku dengan senang hati.
Aku semakin membencimu ketika tanpa sadar membuatku rajin mandi, sungguh pencapaian yang luar biasa. Aku benci memikirkanmu sebelum mataku terpejam setiap malam, senyum-senyum, mengingat kalimat demi kalimat obrolan kita hari ini dan mengingatnya lebih dalam lagi, merasakan ada sesuatu yang bergerak, menjalar dan merasuki sekujur tubuhku dan aku membiarkannya tetap seperti itu setiap malam, pasrah dalam kegelisahan yang dibuatnya. Namun tetap dapat bertahan berjam-jam seperti ini sampai pagi. Hanya  ingin seperti ini.
Rasa benciku lebih bertambah saat perlakuanmu semakin nyata menyiratkan kita tidak sekedar berada pada hubungan teman biasa, atau hubungan antara kakak dan adik. Aku selalu berusaha menebak setiap isyarat yang kamu perlihatkan. Tatapan tajam itu bener-bener bikin aku meleleh, sangat ingin balas menatap saat itu juga tapi aku benci pada kecanggungan yang menyergap tiba-tiba, dan bola mataku memilih beringsut ke tempat lain, buru-buru. Lalu diam-diam kembali lagi berputar ke arahmu saat kamu asyik dengan diri dan duniamu, menatap selama mungkin dan merekamnya di memoriku. Aku benci ketika tangan kita bersentuhan, membuat desir-desir menggelitik di benakku, aku benci begitu menikmatinya.
Aku benci ketika logikaku memberi peringatan untuk tidak terlalu larut dengan perasaanku. Memberi aba-aba waspada untuk tidak membiarkan si perasaan terbang terlalu tinggi, karena akan semakin sakit ketika kemungkinan jatuh menjadi nyata. Kemudian perasaan tak mau kalah dengan terus meyakinkanku bahwa aku dan kamu mungkin bisa membuat ini menjadi sesuatu yang tak pernah berakhir selamanya.
Aku benci ketika aku jatuh cinta, aku berusaha menemukan setiap inchi kesalahan dan kekuranganmu. Tapi apa yang kudapat? Aku selalu mendapati kamu bisa saja menjadi sempurna, kamu bisa saja tanpa cela, dan aku bisa saja jatuh hati padamu.
Aku begitu benci jatuh cinta, especially sama kamu. Karena dibalik perasaan yang menggebu-gebu ini, aku menyimpan banyak tanya, aku membungkam rasa takut, tapi tak pernah ingin lari jauh-jauh. Aku benci ternyata semakin aku jatuh ke kamu, aku semakin takut kehilangan kamu, ada kebutuhan yang selalu bertambah dari hari ke hari, mendorongku pelan-pelan....
untuk ingin selalu bersamamu. .

*written to recall sensation I fel on September, 25th 2009

0 comments: